Elegi si Pria Cantik

Pernahkah kita berfikir mencintai seseorang dengan penuh ketulusan? yang pada akhirnya bentuk ketulusan hanya berubah menjadi sebuah kebiasaan, seolah semua itu hanya sisa-sisa dari rekaman fikiran kita atas refleksi dari satu hati yang dulu pernah ada?
Bukankah kita merasa semuanya seolah sia-sia atau justru sebaliknya karena terlanjur berkata entah ?
Aku merasakan bagaimana momen seperti itu saat ini.
Bagaimana tidak, mencintai sekeras ini belum pernah aku rasakan. Dalam bidang percintaan aku hanyalah pria amatir.
Yang aku tau hanyalah bagaimana aku membalas kasih dari orang yang mengasihi dan bagaimana cara melepasnya jika aku sudah muak.
Terdengar keren ? Atau malah terdengar brengsek? Ambil persepsi sendiri saja.
Dan nyatanya hari ini, aku terbelenggu dalam racun yang aku dapati.
Aku masih tetap ingin berlaku penuh kasih sama seperti dahulu saat hatiku utuh.
Namun sekarang semua terasa berbeda, aku bertindak seperti biasanya dengan kondisi hati yang sudah rapuh.
Namun itulah sebenarnya cara ku agar aku tidak dipandang sebagai pria lemah.
Namun realita memanglah realita. Semua dapat kita rasakan, dan kita lihat jelas secara kasat mata.
Kini aku tak mampu mengembalikan rasaku lagi.
Ini hal tersulit setelah masa sulit ku dikala aku berjuang demi cinta.
Panas,hujan,siang,malam,rasa sakit,rasa kecewa yang asalnya tak pernah kurasa kini mereka seolah bersatu menjadi kesatuan yang menghantuiku setiap waktu.
Pada akhirnya aku tak mampu mengontrol fikiranku sendiri yang berdampak semakin rumit.
Ini bukan inginku, ini seperti kesadaran yang Tuhan berikan kepadaku dengan secara paksa.
Iya aku sadar karena aku telah lama buta oleh cinta.
Kini tak ada yang mampu menahanku lagi.
Aku perlu rehat sejenak, memikirkan bagaimana cara aku melangkah kedepan.
Aku fikir memang ini adalah ujian dari pengorbanan cinta yang telah aku lakukan.
Ini seperti ujian akhir yang harus aku lalui.
Namun, sepertinya semua telah terlambat. Aku anggap semua telah usai, karena aku tahu, jika aku lulus menghadapi ujian ini, aku tak mampu lagi berikan perlakuan seperti dulu.
Dan justru itulah yang aku takutkan. Akan menyakiti orang yang sangat aku cintai.
Ya,Karena, setelah ujian, kini aku menjadi lebih pintar. Pintar belajar dari kesalahan atas buta nya aku oleh cinta yang nyatanya mungkin semu.

Terimakasih atas persepsi orang bahwasannya aku yang berjuang harus hilang dengan sahutan kata "Pria brengsek" dari sebagian fihak.

Terimakasih cinta.
Biar ku kenang engkau dibalik tidurku, walau masalalu selalu merenggut senyum simpulku.
Aku telah siap menjalani hidup.
Biar aku sendiri yang menata agar semua kembali seperti sedia kala.
Dengan menulis nama antara aku dan kau disetiap langkahku sampai akhirnya langkah ini menjauh, nama yang telah aku tulis kan berubah jadi kenangan hidup oleh manusia yang nantinya akan juga mengikuti kemana arahku pergi. Mungkin itu dia.
Dulu yang aku puja.
Ikuti aku, kejar aku jika kau akan rindu kehadiran pria cantik sepertiku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hug

Pilih satu

Apatis