Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Ternyata, Aku yang Salah

Ku coba hirau atau bahkan memperhatikan sisi misteri dari kehidupan. Keduanya terkadang membuatku cemas, bimbang, khawatir akan roda kehidupanku yang selalu seperti ini.. Penyesalan yang datang tiba-tiba, atau bahkan masa depan yang melambai samar membuatku enggan tajam menatap realita. Kembali mengingat dimana aku dilahirkan, aku berbicara dan bertanya kepada diriku sendiri, siapakah aku ? apa tujuanku ? Mengapa aku diciptakan lalu dihadirkan dengan milyaran manusia lainnya didunia ? Pastinya tidak ada yang sia-sia dari penciptaan takdir Tuhan. Semua sudah tersusun rapih, skenario Tuhan sejatinya adalah misteri ku fikir. Bahkan satu detik kemudian aku tidak tahu apa yang akan terjadi, dan juga satu detik yang berlalu tidak bisa aku ubah karena itulah ketentuan takdir Tuhan. Namun aku sadar, tindakanku hari ini pasti akan menentukan masa depanku nanti. Justru itulah yang membuatku bingung, apa yang harus aku lakukan sekarang ? Menghadapi hidup yang telah Tuhan beri ? Dengan rasa

Aku Sadar

Aku Sadar.. Agama adalah pegangan jiwa, pedoman hidup, dan tuntunan jalan yang lurus.. Aku sadar.. Aku jauh dari kata mulia, aku hanyalah seorang anak yang hina. Merangkak berjalan mencari satu titik cahaya.. Aku sadar.. Aku belum pantas menjadi sosok pria panutan, karena aku terlalu dalam terperosok kedalam jurang dosa yang pe uh kegilaan. Didalamnya ada amarah. Ada kebencian bersatu padu menjadi kawah kegelapan. Dibalik kisah ini, aku sedang mencintai wanita yang teramat menginginkan cahaya terang, aku merasa sangat payah disana, karena aku malu dihadapan Tuhan, seolah hilang harga diriku disana. Terkoyak batin ini bertanya-tanya "dimanakah letak ampunan?".. Tuhan hanya satu, tidak mungkin aku meminta maaf selain daripada kepada Engkau ya Rabb.. Sebenarnya tidak ada yang patut dipermasalahkan tentang keinginan seorang wanita yang mendambakan seorang Imam yang suci bersih hatinya, pria yang dekat denganMu dan berada dalam tuntunan jalan keberkahanMu. Hanya saja,

Pilih satu

Pilih wanita satu saja, tidak usah banyak-banyak.. Dewasa ini entah mengapa, pengaruh eksistensi pria tampan atau pria mapan ? Banyak hal yang saya perhatikan, diantaranya adalah cita-cita pria yang ingin memiliki wanita. Tidak satu, melainkan lebih.. 3, 2 , bahkan 4. Oke lah ada sebagian pria mampu adil (katanya). Jika materi yang kita berikan, itu mungkin bisa adil, karena materi itu hitungannya jelas dan dapat kita bagi rata. Namun kemungkinan besar justru sebagian wanita membutuhkan bimbingan, yang dimana ilmu untuk membimbing tersebut tidak akan cukup dengan ribuan lembar teori yang kita miliki, bahkan dengan ilmu yang kita cari dengan sekolah akademis seumur hidup. Tentu, ilmu yang kita maksud harus terbungkus oleh perasaan agar dapat diterima dan dimengerti oleh wanita. Setelah itu timbul rasa cinta yang mengikat antara pria dan wanita. Apa itu perasaan ? Perasaan akar dari cinta, tapi terkadang ada juga cinta tanpa perasaan.. menyakitkan memang. Sudahlah, perasaan itu

Asap

Kiasan jadi alas. hiperbola bagai tangga berjalan diatas kegelisahan.. dalam angan diambang batas. sebuah tragedi tentang harga diri coba menggauli ruang ilusi. persepsi negatif kini kerap memperkosa batin. Dan kala itu aku mempersiapkan segala bentuk penyambutan untuk asap-asap yang mengepul.. Lalu, aku tertawa sendiri menyaksikan kepulan asap yang menari. Sedikit kurasa aroma senda gurau bagai satu energi dari apa yang telah aku bakar hingga menusuk rongga dada.. Dengan perlahan berlari kecil dari balik serambi faring. Jemarinya Membelai halus sudut-sudut menyusuri garis rahang dan kusebut manja. Santai-santai aku berkata "dunia ini sangatlah fana" Qifhan.

Hasrat Kata

Kala kata menelanjangi asa, Aku terbuai didalamnya. Mencumbu dari belakang, aku kecup bersama kerasnya pena yang menyerang. Tinta-tinta berceceran.. Sembari memegang lengan yang hendak membelai rahang, Hangatnya aku rasa bagai bara ditengah malam. Lantas aku memulainya kembali esok pagi, dijemput aroma kopi yang mewangi. Aduhai..

Biar Aku Yang Menjagamu

Aku.. menyapamu, bahkan memelukmu, kala berjumpa itulah kebiasaan lama. Ada tawa, ada canda.. Atau lara bersama duka, Kita lewati hari itu, dimana kita bersenda gurau tanpa bertegur sapa dengan jarak. Kerap memandang kedua bola matamu. Tajam ku rasuk kedalam fikiranmu.. Engkau memang berbeda dari yang lainnya, Memilikimu aku mampu bersyukur sepanjang waktu, Seringkali ku sebut kau anugerah.. Tuhan baik sekali, berikan aku keindahan yang mampu aku peluk. Itulah dirimu. Tingkahmu mampu membuatku merasa hidup.. Bahagianya aku sejak itu. Rasa takut hanyalah bayang semu.. Macam imaji yang menyamar, topengnya mampu membakar asa. Emosi dan gundah jadi akibat. Tergetar tubuh.. Darah seolah cepat memompa segumpal kehidupan dalam dada. Ingin menghancurkan. Tidak membuatmu hancur, aku hanya ingin melawan rasa takut, tak ingin cintaku pergi dengan cinta yang lain.. Itu sakit, aku rapuh.. Mati aku belum mau.. Biarkan saja dulu. Biar aku yang menjagamu. Qifhan,