Pernah

Berjalan menyusuri lembah kelam.. Kurasa tak sedikit pun menemukan cahaya.
Berlari mengejar debu pasir yang tercabik oleh angin, kurasa hanya luluh lantah yang ku rasa. Dingin menepis sakit di ulu hati.
Semua bagai keluh kesah dari jiwa yang resah.
Selangkah aku cari setitik cahaya yang mungkin dapat ku rasa, itulah kusebut matahari senja.
Terik walau nampak kecil.
Lugu namun mampu berderu menggetarkan cengkraman luka yang teramat di atas kalbu,
Tertusuk lara sampai tiang penyangga rapuh dibuatnya.
Namun engkau..
Kala itu. Saat ku resah.. Alunan nafasmu kurasa bagai melodi indah yang mampu mendamaikan jiwa.
Sejak itu, saat ku gundah.. Elok senyummu kulihat bagai pelangi bercorak harapan yang biasnya memberikan kepastian.
Iya. Engkau kutemukan dalam kerapuhan jiwaku.
Hadirmu berikan jawaban tentang bahasa cinta yang selalu berkata semua akan indah pada akhirnya..
Apakah ini akhir dari perjalanan cinta setelah kesakitan terus menerus menertawakanku?
Ataukah ini adalah jawaban dari waktu ku saat lelah ku menunggu tentang adanya sebuah keajaiban?
Sungguh, syukur ku pernah mengenal mu.
Engkau menyelamatkan cintaku yang hampir gugur.
Engkau perempuan yang penuh dengan ketulusan, cintamu membuat hidupku utuh.
Engkau menyelamatkan hidupku yang terlalu jauh melampaui batas waktu.
Engkau bahagiaku dulu,
Engkau hadir untuk menyempurnakan aku.
Walau memang banyak cinta lain disana.
Namun kini cinta itu sudah lewat.
Izinkan aku hidup bebas,
Walau harus aku berlumur lumpur.
Sisa-sisa dari tenggelamnya aku dalam kisah cinta yang kurasa semua itu palsu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hug

Pilih satu

Apatis