Aku

Aku bagai desir pasir,
Namun riuhnya bagai percik api..
Aku bagai ombak lautan, gemuruhnya bagai petir yang hendak mencabik-cabik langit.
Aku bagai angin puting, memutar tak tentu arah membabi buta hanya untuk menyerang asa,
Aku bagai nestafa kala segalanya ku rasa tak lagi berguna.
Bagaimana tidak, ganas nya satu objek bencana telah kami simpulkan menjadi satu hal kesengsaraan untuk sebuah kisah.
Bukankah lebih baik bercengkrama dengan alam,dengan mempercayai bahwa bencana tak selalu datang dari rasa putus asa ?
Kami adalah dua insan penuh rasa ketakutan..
Mencoba hidup dalam dunia yang penuh kegilaan dalam normalnya manusia yang penuh suka cita. Disana kami gemar bersenda gurau dalam marabahaya,hanya karena bersandar dalam lamunan bukanlah lagi jalan terang, kini kami telah siap menuntun hasrat natural menuju keabadian disisi lain dunia yang teramat fana.
Dengan satu kisah, demi kasih.
Kurasa ribuan tanya kini terjawab oleh masa yang merasuk dalam angan. Kami harap tidak lagi berada disana,sampai nanti,
Sampai bertemu lagi dialam keabadian.

Untukmu sang penyusur alam samudera, temukan aku dimanapun..
Sejauh mana aku bertahan diantara badai dan ombak yang menghantam..
Ingatlah, Ku hanya ingin tetap menjaga setitik cahaya terang yang sedang ku genggam..
dan jika memang harus aku tenggelam lebih dalam, Sampai akhirnya tak lagi nampak..
tunggu saja aku dipermukaan..
Walau dengan cahaya yang telah padam, dan jasad yang telah membangkai,
Namun Percayalah, jiwaku kan tetap slalu ada.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hug

Pilih satu

Apatis