Empat abjad tak bertuan

Maaf.
Empat huruf yang simpel,tak bertele-tele,namun penuh makna.
Entah apa yang membuat fikiran ini tergerak hanya untuk memikirkan sebuah kata "maaf".
Apa mungkin aku punya suatu kesalahan besar yang tak aku sengaja dimasa lalu ?
Atau mungkin memang sengaja dilakukan karena arogansi yang aku punya dikala itu?..
Entahlah,saat ini hanya kata "maaf" yang selalu merasuk difikiran. Memang,peribahasa takkan basah jika tak ada percikan air.
Daripada terbelenggu oleh sebuah rasa penyesalan yang berujung pada kata maaf yang tiada henti ,aku menulis tentang hal ini bukan untuk bermaksud membahas apa artinya maaf dan darimana itu asalnya. Namun hanya ingin bercerita tentang masa kebodohanku dahulu.
Kala itu,Usia 19 menuju 20. memanglah bagi sebagian orang,masih dianggap wajar jika pada usia tersebut kebanyakan orang mempunyai sifat egois yang cenderung labil. Tak mau kalah,ambil kesimpulan sendiri tanpa menganalisis hal yang sebenarnya terjadi. Dan seringkali merasa paling benar sendiri juga tak mau mengakui kesalahan pribadi.
terkadang aku menyesali hal itu,bukan tertuju pada momen-momen yang terlewati pada masa itu, hanya saja mengapa tak ada orang yang mengingatkan aku bahwa sifat ego dan kekanak-kanakan itu sangatlah berbahaya dan jelas tak pantas dilakukan. Mengapa tak banyak orang yang segera menyadarkanku ?
Tentu saja hal tersebut terkadang membuat diriku bingung sendiri.
Kebingungan membuatku selalu tiba-tiba menjauh dari seseorang karena hal sepele dan yang tak masuk akal dengan persepsi "lah ! Tak mungkin dia akan mengerti tentang maksud dan tujuanku nantinya" ya,aku selalu punya persepsi negatif kepada banyak orang. bodoh sekali memang, aku jauhi setiap orang hanya karena aku anggap mereka itu tak akan mengerti dan terlalu payah untuk bisa berbicara denganku.
Seiring waktu berjalan, pada waktu itu sangat teringat jelas,masih tersimpan baik dalam memoriku hal ini seperti kebetulan terjadi tapi aku menyadari memang takdirnya aku harus bertemu dengan seseorang yang tak pernah aku kenali sebelumnya. Dan sepertinya orang yang aku maksud adalah orang yang terakhir yang pernah aku jauhi,sekaligus aku rindukan disetiap harinya. Haha Aneh bukan ? Yah..memang.
Dia yang dulu pernah aku jauhi,sekaligus aku rindukan karena telah menjadi guru terbaik dalam pelajaran dinamika kehidupan aku saat itu. (Apalah ini, seperti berlebihan) Haha. tapi memang benar adanya !
Sedikit mendeskripsikan dirinya, dia adalah seorang wanita,tak terlalu begitu feminim bagiku,ia berambut panjang,hitam manis dan mempunyai gigi yang rapih tanpa kawat, dan senyumnya memang selalu aku ingat walau hanya dalam bentuk album foto masa kini yang berceceran dalam dunia maya,bahkan aku tak pernah menyangka dapat bertatap muka dengannya,memandang indah kedua bola matanya, dan tertawa ria bersama.
Kembali pada kejadian dengan dirinya itu,lagi-lagi aku sempat merasa kebingungan,bingung dengan apa yang aku lihat dan aku rasa,seperti hilang respect padanya entah apa alasannya. Bahkan wanita yang baru saja aku kenal itu aku anggap bukanlah orang yang baik jika aku dekati. Karena sangatlah jelas ia menunjukkan sisi lain yang justru mempengaruhi kondisi mental dan fikiran aku saat itu, bingung dengan sikapnya yang menurutku aneh dan tak biasa aku terima.
Ia mempunyai banyak teman pria, dan jika berbicara selalu jujur tanpa basa-basi. Hm aku fikir ia akan memperlakukan aku sama seperti halnya ia memperlakukan teman-temannya. Dan pada saat itu tak mungkin bagiku menerima perlakuan dari dirinya jika nyatanya memang yang aku fikir itu ternyata benar. Sangat Egois sekali, jujur aku berharap dia bisa melakukan hal spesial untukku. padahal bertemu secara langsung dan mengenalinya lebih dalam saja tak pernah. Gila bukan?
Itulah aku saat itu.
Mental disorder,ataupun apalah istilahnya untuk menggambarkan kondisi psikologis ku saat itu. mungkin gejala depresi dari kisah pria perantau yang ditinggal cinta,sementara aku menghibur diri diperantauan sendirian. Dan sudahlah cukup..., Pedih sekali memang.
Penuh rasa kesal tanpa sebab aku memutuskan untuk menghindari wanita tadi.. tanpa pamit yang baik,tanpa kata yang pantas, dan tanpa sedikitpun memandang wajah manisnya. Saat itu aku berkata padanya "aku hanya sedang tak ingin diganggu. Olehnya atau siapapun. Ia mengerti dan menyetujui tanpa menunjukan bagaimana perasaannya pada saat itu. Dan aku tak memperdulikan sama sekali walaupun pesan lucu darinya tak pernah aku baca,sapaan yang menggemaskan tak pernah aku hiraukan.
Aku sangat menyesal akan hal itu.
Momen yang aku hiraukan pada nyatanya sangat aku rindukan hari ini.

Wanita yang tak pernah berbuat salah sedikitpun padaku justru harus menerima rasanya kenal dengan pria aneh sepertiku.
Ia wanita tegar, namun ketegarannya lah yang membuatku merasa sangat bersalah sampai saat ini.
Keceriaannya yang membuat hatiku selalu ingat akan kehadirannya.
Bayangan tawa kecilnya yang dulu pernah ku dengar via suara kini seperti terus menerus membisik.
Hadirnya sangat menyadarkanku dan membangunkan aku kala aku terlelap dalam zona kebodohan.
Ingin ku kepakkan lagi sayapku yang mungkin rapuh untuk bisa rasakan mimpi indah bersamanya.
Namun harus dibuang kemana wajah sialan ini jika aku kembali menyapanya dan berharap ia akan melupakan kejadian masa itu sedang ia akan menyimpan kejadian momen buruk itu setiap melihat sosok aku yang tak pernah tahu diri ? Sudahlah aku tak ingin lagi terjebak dalam persepsi negatif lagi.

Namun, belum sempat aku menyapanya dengan baik, Seiring berjalan waktu,Tuhan lebih dulu menegurku.
Penyakit mematikan yang ku sebut itu komplikasi ringan. Namun hidupku telah dibatas ambang kematian pada saat itu. Seluruh keluarga tak ada yang percaya aku bisa hidup kembali. Beberapa sanak saudara telah memberikan support dan mempersiapkan segalanya jika kematian ku kala itu memang akan terjadi.
Mereka menangis menyaksikan diriku terbaring.
Ternyata Tuhan berkata lain. saat aku terbaring lemah dalam kesakitan, ada tiga hal yang membuatku teringat dan selalu membuatku kuat dan yakin akan harapan untuk hidup kembali.
Mulai lah Terbayang wajah keluarga besarku,sahabat dan juga wanita itu.
Tapi mengapa harus ada lagi wanita itu? Sedang dulu aku berniat menjauhinya.
Dan mengapa harus dirinya ?
ya memang,ku akui hadirnya sangatlah singkat untukku, namun energinya kurasa kuat dalam jiwaku.
Aku berdoa untuk kesembuhanku dan ingin aku beranjak bangun,pergi berlari untuk memeluk semuanya,tiga faktor tadi.
Alhasil ketika pulih dari kesakitan,pertama yang telah aku peluk erat adalah orang tua dan keluarga,tak lupa aku memeluk sahabat dengan melalui canda tawa seperti biasanya, dan juga....Dia. kini aku sedang berusaha untuk memeluk wanita itu. Bergegas meminta maaf dan berbicara tentang apa yang aku rasa.
Memberanikan diri untuk berniat menjeputnya kembali ada dalam kehidupanku. Kelak nantinya kan kupeluk ia dengan waktu yang sangat lama,saling merasakan denyut tempo jantung antara aku dan dirinya.
Dan berkata secara tegas padanya bahwa "aku mencintaimu atas dasar jiwaku,aku tak mau kehilanganmu,dan seribu maaf atas segala kebodohanku. Sungguh Aku sangat menyayangimu"

Dan Kisahku belum berakhir.
Ribuan tantangan datang..
Kini aku berada dalam ribuan manusia yang mempedulikannya.
Aku merasa seperti sampah dan sempat merasa putus asa.
Namun jiwaku kuat.
Aku memanggil jiwanya melalui ketulusan yang aku berikan..
Sakit memang harus bersaing dengan mereka yang baru saja mengenalinya dibanding aku yang telah lebih dulu mengajaknya berbicara.
Andai dulu aku tak terjebak dalam kebodohan, mungkin akan begitu banyak hal yang aku lalui bersamanya.

Dan kisahku takkan berakhir sampai disini bersamanya, dengan ribuan maaf dari hati kecilku, aku akan kembali datang padanya dengan membawa cinta dan kasih sayang yang tulus dan suci sejak dari awal aku dan dirinya bertegur sapa.
Berharap ia akan menerimanya dan tak pernah mau beranjak pergi lagi dariku.
Begitupun aku. Takkan mau menyia-nyiakan kehadirannya.

Setelah itu Mungkin jika Tuhan ingin menjemputku lagi,dan memberikan keputusan untuk aku meninggalkan dunia ini..
Aku terima ikhlas,asalkan wanita itu benar bahagia pernah merasakan bagaimana hidup bersamaku dan ia tau bahwa ribuan maaf,cinta dan kasih yang tulus memang akan selalu aku jaga. Suci untuknya sampai nanti.

Dan apalah arti sebuah maaf untuk jiwa yang tak waras..
Sesal tak berujung..beralas kisah yang berbekas namun tak pernah usai.
Ini antara aku dan derajat kegilaanku.
Sembari menyusuri garis halusinasi,rebut ilusi hilang kendali.
Dan haruslah tragis jika aku sempat gila dalam dunia fantasi.. sampai kini hingga nanti.
Terimakasih takdir hidup.

Sadajiwa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hug

Pilih satu

Apatis